Proposal PRAKERIN Pembesaran Udang Vaname Politani Pangkep

TEKNIK PEMBESARAN

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei )

DI PT. SARJO TAMBAK VANAME, MAMUJU UTARA

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA INDUSTRI

(PRAKERIN)


Oleh :

MUHAMMAD FIRMAN 

1822010041









PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

2020


HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIK KERJA INDUSTRI PEMBESARAN UDANG

VANAME (Litopenaeus vannamei) PT. SARJO TAMBAK VANAME

MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT


PROPOSAL

OLEH :

MUHAMMAD FIRMAN

1822010041


Proposal ini sebagai syarat untuk mengikui PRAKERIN (Praktik Kerja Idustri) pada Program Studi Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II



Ir. La Paturusi La Sennung,M.Si. Ir. Hj. Fauziah Nurdin.M.P

NIP.19570821198731002 NIP.196308151988032003

Mengetahui :

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,                              



Dr.Ardiansyah, S.Pi, M.Biotec              Dr. Andriani, S.pi,.M.si

 NIP. 19731014997031002             NIP. 197110222005022002 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tiada terhingga termasuk nikmat keselamatan dan kesehatan sehingga proposal Praktik Kerja Lapangan (PRAKERIN) in dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula penulis panjatkan salawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat dari alam kegelapan menuju alam yang terang dan kepada orang yang turut mendukung penyelesaian Proposal PRAKERIN ini antara lain :

Kepada Ir. La Paturusi La Sennung,M.Si. Selaku pembimbing pertama dan Ir. Hj. Fauziah Nurdin.M.P pembimbing kedua yang telah memberi motivasi, arahan serta bimbingan mulai dari penyusunan proposal sampai terselesaikannnya proposal PRAKERIN ini

Kepada Dr. Andriani, S.Pi.,M,si selaku ketua Pogram Studi Budidaya Perikanan.

Kepada Dr. Ardiansyah, S.Pi., M. Biotech, selaku Ketua  Jurusan Budidaya Perikanan.

Kepada Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang saya harapkan sebagai penulis demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terima kasih. 

      Pangkep,   Januari 2020 

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PENGESAHANii

KATA PENGANTARiii

DAFTAR ISIiv

DAFTAR GAMBARvi

PENDAHULUAN1

Latar Belakang1

Tujuan………………………………………………………………..2

Manfaat Praktek Kerja Indusutri………………………………….....3

Waktu dan Pelaksanaan……………………………………………...3

Metode Pelaksanaan3


TINJAUAN PUSTAKA5

Klasifikasi Udang Vaname (Litopenaeusvannamei)5

Morfologi Udang Vaname5

Daur Hidup Udang Vaname7

Ekologi……………………………………………………………….9

Manajemen Budidaya10

2.5.1     Lokasi Budidaya10

2.5.2     Konstruksi Tambak11

2.5.3     Penebaran 12

2.5.4     Pakan dan Cara Makan…………………………………….12

2.5.5     Pengelolaan Kualitas Air 14

2.5.6 Penanggulangan Hama dan Penyakit………….......……..…....16

2.5.7 Pemanenan…………………………………………………….18

2.5.8 Pemasaran………………………………...……………………18

2.5.9 Analisis Data………………………..........................…………19

METODOLOGI20

Waktu dan tempat20

Alat dan Bahan20

Metode Pengumpulan Data20

Metode Pelaksanaan20

Metode Analisa Data21

Parameter Yang Diamati…………..……………………………….23

DAFTAR PUSTAKA30














DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname………………………………………………. 6

Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname…………………………………………….8



















 HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIK KERJA INDUSTRI PEMBESARAN UDANG

VANAME (Litopenaeus vannamei) PT. SARJO TAMBAK VANAME

MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT


PROPOSAL

OLEH :

MUHAMMAD FIRMAN

1822010041


Proposal ini sebagai syarat untuk mengikui PRAKERIN (Praktik Kerja Idustri) pada Program Studi Budidaya Perikanan Jurusan Tekonologi Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II



Ir. La Paturusi La Sennung,M.Si. Ir. Hj. Fauziah Nurdin.M.P

NIP.19570821198731002 NIP.196308151988032003

Mengetahui :

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,                              

Dr.Ardiansyah, S.Pi, M.Biotech              Dr. Andriani, S.pi,.M.si

       NIP. 19731014997031002            NIP. 197110222005022002 


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk ketrampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil dengan intensitas yang terbatas. Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung diinstansi/lembaga yang relevan dengan dari ikatan akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan. Mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya. Sebab, untuk dapat terjun langsung di masyarakat tidak hanya dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang memuaskan, namun diperlukan juga ketrampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
 Salah satu program yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan magang industri. Magang adalah kegiatan akademik (intrakulikuler) yang dilakukan oleh mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada lembaga/instansi yang relevan dengan pendidikan yang diambil mahasiswa dalam perkuliahan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti semua aktifitas di lokasi magang. Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan di industri yang bergerak di bidang budidaya perikanan. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembenihan, pembesaran  pengolahan tersebut adalah  adalah PT Sarjo Tambak Vaname, Mamuju Utara, Sulbar. Perusahaan ini merupakan contoh perusahaan yang melakukan kegiatan budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei.
Dengan melakukan kegiatan magang di perusahaan ini, kami mengharapkan dapat menimba ilmu secara langsung mengenai seluk beluk pembudidayaan yang dilakukan perusahaan ini dalam rangka menghasilkan produk udang yang  berkualitas. Karena dengan terjaminnya semua proses kegiatan budidaya baik sejak pembenihan  sampai pembesaran, akan memberikan jaminan bagi konsumen terhadap produk.

1.2  Tujuan.
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek itu sendiri adalah :
Untuk mahasiswa:
Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu teoritis yang selama ini didapat di  perkuliahan.
Mendapatkan pengalaman nyata dari dunia kerja sekaligus memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Mengembangkan diri
Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di lapangan.
Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori danpenerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun kemasyarakat.
1.3    Manfaat Prakikum kerja lapangan (PKL)
Manfaat dari pelaksanaan magang di PT Central Proteinaprima, Tbk. ini adalah :
Memperoleh gambaran tentang perusahaan dari segi proses indukan s/d pembesaran.
Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja hama dan atau penyakit, kontrol kualitas dan kuantitas air, pola budidaya, pemupukan dan atau pengapuran, panen dan pasca panen (Mukti dkk., 2006).
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 03 Agustus 2020
Tempat : PT. Sarjo Tambak Vaname, Sulawesi Barat
1.5 Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini meliputi pengumpulan data primer  dan data sekunder yang diaksanakan meliputi :
Observasi atau pengamatan langsung di lapangan
Melakukan wawancara dalam bentuk tanya jawab dengan pimpinan operasional, tekhnisi lapangan, staff pegawai dan pihak-pihak lain yang berkompeten dibidangnya.
Melakukan praktek langsung kaitannya dengan proses produksi dari naupli-benur
Melakukan studi pustaka yaitu dengan membandingkan antara literatur yang ada dengan kenyataan di lapangan.
Mencatat data


























II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi Udang Vannamei
Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa udang vannamei memiliki nama atau sebutan yang beragam di masing-masing negara, seperti whiteleg shrimp (Inggris), crevette pattes blances (Perancis) dan camaron patiblanco (Spanyol). Udang putih pasifik atau yang dikenal dengan udang vannamei digolongkan dalam :
Kingdom :  Animalia
Sub kingdom :  Metazoa
Filum :  Arthropoda
Sub filum :  Crustacea
Kelas :  Malacostraca
Sub kelas :  Eumalacostraca
Super ordo :  Eucarida
Ordo :  Decapoda
Sub ordo :  Dendrobranchiata
Famili :  Penaeidae
Genus :  Litopenaeus
Spesies :  Litopenaeus vannamei
2.2 Morfologi Udang Vannamei
Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang terbuat dari bahan kitin. Tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (molting). Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi, sehingga dapat digunakan untuk beberapa keperluan antara lain : makan, bergerak dan membenamkan diri ke dalam lumpur, menopang insang, karena struktur insang udang mirip bulu unggas serta organ sensor seperti antenna dan antennulae (Haliman dan Adijaya, 2005). Tubuh udang yang dilihat dari luar terdiri dari bagian, yaitu bagian depan yang disebut cephalothorax, karena menyatunya bagian kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut abdomen dan terdapat ekor (uropod) di ujungnya (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Bentuk morfologi udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2.1. Morfologi udang vannamei (Haliman dan Adijaya, 2005)







Keterangan :
1.Kelopak Mata 7. Pleopod 13. Hepatic (Hati)
2.Antennulae 8. Rostrum 14. Cardia Cregion
3.Antenna 9. Antennal spine 15. Telson
4.Rahang Atas II 10. Supraorbital Spine 16. Uropod
5.Rahang Atas III 11. Orbital Spine
6.Periopod 12. Hepatic Spirse
Cephalothorax udang vannamei terdiri dari antenna, antennulae, mandibula dan dua pasang maxillae. Kepala ditutupi oleh cangkang yang memiliki ujung runcing dan bergigi yang disebut rostrum. Kepala udang juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki jalan (periopod). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan (Haliman dan Adijaya, 2005). Bagian abdomen terdiri dari enam ruas, terdapat lima pasang kaki renang pada ruas pertama sampai kelima dan sepasang ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor (telson) pada ruas yang keenam. Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus) (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Ciri khusus yang dimiliki oleh udang vannamei adalah adanya pigmen karotenoid yang terdapat pada bagian kulit. Kadar pigmen ini akan berkurang seiring dengan pertumbuhan udang, karena saat mengalami molting sebagian pigmen yang terdapat pada kulit akan ikut terbuang. Keberadaan pigmen ini memberikan warna putih kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005). Udang jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat alat kelamin luarnya. Alat kelamin luar jantan disebut petasma, yang terletak di dekat kaki renang pertama, sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak di antara pangkal kaki jalan keempat dan kelima (Adiyodi, 1970).

2.3 Daur Hidup dan Reproduksi
Udang vannamei bersifat nokturnal, yaitu lebih aktif beraktifitas di daerah yang gelap. Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung lebih kurang satu menit. Sepasang udang vannamei berukuran antara 30-45 gram dapat menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm berkisar antara 100.000-250.000 butir (Adiyodi, 1970). Telur dapat menetas berkisar antara 18-24 jam pada suhu 28° C (Brown, 1991). Siklus hidup atau siklus produksi udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 2.2







Gambar 2.2 Siklus hidup udang vannamei (Brown, 1991)
Stadia nauplius adalah stadia yang pertama setelah telur menetas. Stadia ini memiliki lima sub stadia (Brown, 1991). Larva berukuran antara 0,32-0,58 mm, sistem pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur (Haliman dan Adijaya, 2005).
Stadia zoea terjadi berkisar antara 15 – 24 jam setelah stadia nauplius. Larva sudah berukuran antara 1,05 – 3,30 mm (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia zoea memiliki tiga sub stadia, yang ditandai dengan tiga kali molting. Tiga tahap molting atau tiga sub stadia itu disebut dengan zoea 1, zoea 2 dan zoea 3. Stadia ini, larva sudah dapat makan plankton yang mengapung dalam kolom air. Tubuh akan semakin memanjang dan mempunyai karapaks. Dua mata majemuk dan uropods juga akan muncul (Brown, 1991). Lama waktu dari stadia ini menuju stadia berikutnya berkisar antara 4-5 hari (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia mysis memiliki durasi waktu yang sama dengan stadia sebelumnya dan memiliki tiga sub stadia, yaitu mysis 1, mysis 2 dan mysis 3. Perkembangan tubuhnya dicirikan dengan semakin menyerupai udang dewasa serta terbentuk telson dan pleopods. Benih pada stadia ini sudah mampu berenang dan mencari makanan, baik fitoplankton maupun zooplankton.
Saat stadia post larva (PL), benih udang sudah tampak seperti udang dewasa. Umumnya, perkembangan dari telur menjadi stadia post larva dibutuhkan waktu berkisar antara 12-15 hari, namun semua itu tergantung dari ketersediaan makanan dan suhu. Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. PL I berarti post larva berumur satu hari. Saat stadia ini, udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan dan sifatnya cenderung karnivora. Umumnya, petambak akan melakukan tebar dengan menggunakan udang yang sudah masuk dalam stadia antara PL10-PL15 yang sudah berukuran rata-rata sepuluh millimeter (Haliman dan Adijaya, 2005).
2.4 Ekologi
Di alam, populasi udang vannamei dapat ditemukan di Pantai Pasifik Barat, sepanjang Peru bagian Utara, melalui Amerika Tengah dan Selatan sampai Meksiko bagian Utara, yang mempunyai suhu air normal lebih dari 20° C sepanjang tahun. Udang vannamei hidup di habitat laut tropis. Udang dewasa hidup dan memijah di laut lepas dan larva akan bermigrasi dan menghabiskan masa larva sampai post larva di pantai, laguna atau daerah mangrove. Secara umum, udang Penaeid membutuhkan kondisi lingkungan dengan suhu berkisar antara 23-32° C, kelarutan oksigen lebih dari 3 ppm, pH 8 dan salinitas berkisar antara 10-30 ppt.
Udang vannamei sangat toleran dan dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah (di bawah 15° C), walaupun pertumbuhannya akan sedikit terganggu. Sifat ini memungkinkan budidaya udang ini di musim dingin. Namun, pertumbuhan terbaik dicapai pada suhu berkisar antara 23-30° C, dengan pertumbuhan optimum pada suhu 30° C untuk udang muda (dengan berat rata-rata satu gram) dan suhu 27° C untuk udang yang lebih besar (12-18 gram). Udang vannamei juga mempunyai kisaran toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Udang ini mampu hidup pada salinitas yang berkisar antara 0,5-45 ppt (Brown, 1991).

2.5 Manajemen Budidaya
Pembesaran udang vannamei dilakukan di tambak yang dikondisikan sesuai dengan keadaan pada habitat alami udang vannamei. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya udang vannamei adalah lokasi budidaya, konstruksi tambak, penebaran, pakan dan cara makan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan hama dan penyakit, panen dan pasca panen, pemasaran dan 
analisis usaha (Haliman dan Adijaya, 2005).
2.5.1 Lokasi Budidaya
Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa persiapan tambak merupakan langkah awal budidaya udang vannamei, karena itu perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut persiapan tambak, termasuk pemilihan lokasi. Lokasi tambak udang harus memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun non teknis.
Persyaratan lokasi tambak udang vannamei secara teknis adalah terletak di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter, jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran air, mempunyai sumber air tawar dengan debit atau kapasitas cukup besar sehingga kebutuhan air tawar dapat terpenuhi dan lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai. Sementara persyaratan non teknis lokasi tambak udang vannamei adalah dekat dengan produsen benih udang vannamei, dekat dengan sumber tenaga kerja, dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang dan lokasi bisa dijangkau oleh saluran penerangan dan alat komunikasi (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.5.2 Konstruksi Tambak
Desain dan konstruksi tambak dibuat untuk memberikan lingkungan yang baik bagi kehidupan udang dan mampu mencegah masuknya patogen dari luar serta mudah dilakukan pengendalian penyakit (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tambak dilihat dari segi konstruksi, antara lain : petakan, kedalaman air, saluran air masuk dan saluran pembuangan (Haliman dan Adijaya, 2005).
Bentuk petakan yang ideal adalah bujur sangkar. Ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei berkisar antara 150-180 cm. Saluran air dalam tambak terdiri dari dua saluran, yaitu saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet). Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Saluran pembuangan air tengah (central drainage) berfungsi untuk membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.5.3 Penebaran
Benur udang vannamei yang akan ditebar dan dibudidayakan harus dipilih yang terlihat sehat. Kriteria benur sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi berdasarkan pengujian visual, mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut bisa dilihat dari warna, ukuran panjang dan bobot sesuai umur Post Larva (PL), kulit dan tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat, tubuh tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif dan menyebar di dalam wadah (Haliman dan Adijaya, 2005).
Persiapan yang harus dilakukan sebelum penebaran adalah penumbuhan pakan alami dengan pemupukan. Persiapan lain yang perlu dilakukan yaitu pengukuran kualitas air, seperti suhu, salinitas, pH, DO, ammonia dan nitrit. Selain itu, aklimatisasi atau proses adaptasi benur terhadap suhu maupun salinitas juga merupakan hal yang penting dalam penebaran benur (Haliman dan Adijaya, 2005). Udang vannamei dapat dibudidayakan dengan kepadatan yang relatif tinggi sampai lebih dari 150 ekor/m2, bahkan dapat ditebarkan sampai 400 ekor/m2 dalam bak kultur dengan sistem resirkulasi. Namun, banyaknya padat tebar tergantung dari sistem budidaya yang dipakai (Brown, 1991).

2.5.4 Pakan dan Cara Makan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vannamei karena menyerap biaya yang berkisar antara 60-70 persen dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vannamei secara optimal, sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Prinsipnya adalah semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami semakin sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan semakin meningkat (Topan, 2007). Udang vannamei membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang lebih rendah daripada udang windu. Kebutuhannya berkisar antara 18-35 persen dengan rasio konversi pakan 1:1,2 yaitu satu kilogram daging pada ikan dapat dihasilkan dari pemberian 1,2 kilogram pakan. Hal ini tentu saja akan membuat biaya produksi untuk pakan udang vannamei lebih rendah daripada biaya produksi untuk pakan udang windu (Brown, 1991).
Pakan alami lebih banyak digunakan saat udang masih berukuran kecil. Saat fase zoea, udang akan bersifat herbivora dan memakan fitoplankton. Saat fase mysis, udang akan bersifat karnivora, sehingga pakan yang dikonsumsi berupa zooplankton. Pakan buatan berbentuk pellet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat, sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan maupun kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005).
Pakan tambahan digunakan sebagai nutrisi pelengkap pakan alami dan pakan buatan. Selain itu, pakan tambahan dapat berfungsi merangsang nafsu makan udang, mempercepat proses molting, memperkecil konversi rasio pakan dan sebagai pupuk organik (Haliman dan Adijaya, 2005). Contoh dari pakan tambahan adalah vitamin, immunostimulan, mineral, HUFA, karotenoid dan astaxanthin (Brown, 1991). Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2-3 kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan bentuk pellet, frekuensi pemberian dapat ditambah menjadi 4-6 kali sehari (Topan, 2007).
Udang vannamei termasuk golongan omnivora. Beberapa sumber pakan udang vannamei, antara lain : udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. Udang ini juga termasuk dalam pemangsa sejenis (kanibalisme). Udang vannamei ini mencari dan mengenali pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae) yang terdapat pada ujung anterior antennulae, bagian mulut, capit, antenna dan maxilliped. Udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit untuk mendekati sumber pakan. Pakan langsung dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian pakan dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan esofagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.5.5 Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang vannamei secara optimal. Oleh karena itu, kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama (Haliman dan Adijaya, 2005). Beberapa parameter kualitas air yang harus terus diamati selama proses budidaya. 
Suhu optimal untuk pertumbuhan udang vannamei adalah berkisar antara 26-32° C. Jika suhu lebih dari angka optimum, maka metabolisme udang akan berlangsung cepat dan kebutuhan oksigen akan meningkat. Kadar oksigen dalam 
tambak mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7-8 ppm. Namun udang dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum berkisar antara 4-6 ppm (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Salinitas dan pH air di tambak berhubungan erat dengan keseimbangan ionik dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Udang muda yang berumur antara 1-2 bulan memerlukan kadar garam yang berkisar antara 15-25 ppt agar pertumbuhannya dapat optimal. Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada kisaran salinitas 5-30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat musim kemarau, salinitas air tambak dapat menjadi hypersaline (berkadar garam tinggi, lebih dari 40 ppt). Air tambak memiliki pH ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya (Haliman dan Adijaya, 2005). pH air tambak dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa pakan atau yang lain. pH air yang asam dapat diubah menjadi alkalis dengan penambahan kapur (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Kadar gas-gas yang mencemarkan perairan, seperti ammonia (NH3), gas methan dan asam sulfida (H2S) harus selalu dipantau dan diperhatikan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Ammonia berasal dari hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran udang. Oleh karena ammonia dan nitrit adalah senyawa beracun, maka harus diubah menjadi nitrat. Salah satu cara untuk meningkatkan nitrifikasi dan denitrifikasi adalah dengan meningkatkan jumlah bakteri, yaitu dengan aplikasi probiotik yang mengandung bakteri yang dibutuhkan (Roffi, 2006). Kekeruhan air tambak berhubungan erat dengan banyaknya fitoplankton yang tumbuh dalam tambak. Batas kekeruhan air tambak yang dianggap cukup adalah bila angka seichi disk berkisar antara 25-45 cm (Suyanto dan Mudjiman, 2001).

2.5.6 Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan kendala yang sering mengganggu dan merugikan dalam usaha budidaya. Hama dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu golongan pemangsa, penyaing dan pengganggu. Penyakit didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari suatu alat-alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Organisme yang bersifat hama bagi udang vannamei adalah predator dari jenis ikan, kepiting dan ular (Haliman dan Adijaya, 2005). Hama golongan penyaing adalah hewan-hewan yang menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan. Golongan pengganggu biasanya akan merusak sarana tambak, seperti pematang, tanah dasar tambak dan pintu air. Untuk memberantas hama yang hidup dalam air, kita dapat menggunakan bahan-bahan beracun atau pestisida. Namun disarankan agar menggunakan pestisida organik seperti tepung biji teh (mengandung racun saponin), akar tuba (mengandung racun rotenon) dan sisa-sisa tembakau (mengandung racun nikotin). Pestisida ini lebih disarankan penggunaannya karena racunnya tidak terlalu keras dan lebih cepat terurai di dalam tambak sehingga tidak membahayakan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Mencegah masuknya ikan dan atau udang liar ke dalam tambak, perlu dipasang jaring pada bagian inlet air laut agar ikan dan atau udang liar tersebut tidak bisa masuk ke dalam tambak (Haliman dan Adijaya, 2005).
Penyakit pada udang bisa disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur maupun virus. Parasit menyerang udang vannamei bila kualitas air tambak kurang baik, terutama pada kondisi kandungan bahan organik yang tinggi. Pencegahan keberadaan parasit bisa dilakukan dengan penggantian air tambak, pemakaian probiotik dan pengelolaan pemberian pakan. Beberapa jenis parasit yang menyerang udang vannamei yaitu Zoothamnium, Vorticella dan Epistylis (Roffi, 2006).
Bakteri dan jamur tumbuh optimal di perairan yang mengandung bahan organik tinggi (sekitar 50 ppm). Oleh karena itu, sebaiknya kandungan bahan organik di air tambak tidak melebihi 50 ppm. Bakteri yang perlu diwaspadai adalah bakteri vibrio yang menyebabkan penyakit vibriosis. Infeksi bakterial dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Namun perlu berhati-hati dalam menggunakan antibiotik, karena antibiotika seperti chloramphenicol dan nitrofuran telah dilarang penggunaannya karena bisa meninggalkan residu di dalam tubuh ikan. Tindakan pencegahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan probiotik yang mampu berkompetisi dengan bakteri patogen. Jamur (cendawan) juga sering dijumpai pada udang yang sakit. Jenis cendawan yang umumnya menyerang udang antara lain Sirolpidium sp., Halipthoros sp. dan Lagenidium spp. (Haliman dan Adijaya, 2005).
Virus merupakan ancaman serius bagi budidaya udang, karena dapat menyebabkan kematian udang secara massal dalam waktu singkat. Faktor pemicu munculnya virus yaitu faktor nutrisi, lingkungan dan genetika. Beberapa virus yang sering menyerang dan perlu diwaspadai adalah White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodermal Hematopoetic Necrosis Virus (IHHNV) (Haliman dan Adijaya, 2005).
Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan infeksi virus adalah dengan pemakaian benih kualitas unggul (SPR dan SPF), pemakaian imunostimulan, menjaga kualitas air agar stabil, sehingga udang tidak stres serta monitoring penyakit secara rutin. Biosekuriti juga perlu diterapkan untuk memperkecil resiko serangan penyakit dari lingkungan luar tambak ke dalam lokasi dan sebaliknya.

2.5.7 Pemanenan
Panen merupakan akhir dari suatu periode budidaya yang sangat ditunggu para petambak (Haliman dan Adijaya, 2005). Teknik yang digunakan saat panen tergantung dari ukuran dan sistem pemeliharaan yang digunakan serta ketersediaan tenaga kerja (Brown, 1991). Udang vannamei dapat dipanen setelah berumur sekitar 120 hari dengan berat tubuh berkisar antara 16-20 gram/ekor. Pemanenan umumnya dilakukan pada malam hari untuk menghindari terik matahari dan mengurangi resiko udang ganti kulit selama panen akibat stres (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.5.8 Pemasaran
Pemasaran udang vannamei dapat dilakukan di dalam negeri, maupun luar negeri (ekspor). Permintaan udang vannamei di dunia meningkat dari tahun ke tahun. Negara-negara tujuan ekspor udang vannamei yang diproduksi Indonesia adalah Jepang, Cina, Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya (Haliman dan Adijaya, 2005).


2.5.9 Analisis Usaha
Analisis usaha berfungsi memberikan gambaran usaha budidaya udang vannamei. Analisis usaha ini dihitung untuk satu tahun. Kelayakan usaha udang vannamei dapat dilihat dari cash flow, rentabilitas ekonomi, B/C rasio, payback period dan break event point (Haliman dan Adijaya, 2005).




















 III METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Proposal ini disusun berdasarkan kegiatan PRAKERIN yang akan dilakukan kurang lebih empat bulan di PT. Sarjo Tambak Vaname, Mamuju Utara, Sulawesi Barat 
Alat dan Bahan 
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan ini, akan dicatat secara  terperinci, meliputi nama alat dan bahan, spesifikasi dan fungsinya  masing-masing.
Metode Pengumpulan Data 
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam kegiatan PRAKERIN ini adalah observasi dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.   
a. Data primer adalah data yang dikumpulkan sesuai hasil praktik yang dikerjakan secara langsung pada saat kegiatan. 
b. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang 
    digunakan untuk membantu menyelesaikan proposal kegiatan  PRAKERIN ini.
Metode Pelaksanaan 
Semua kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyusunan proposal kegiatan PRAKERIN tentang pembenihan udang vaname, akan dilakukan sesuai dengan standar operasional presedur (SOP) yang dijalankan di PT. Sarjo Tambak Vaname, Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Adapun secara garis besar pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut:

Melakukan Persiapan Wadah Dan Media Pembesaran Udang            Vaname
Melakukan Seleksi Dan Penebaran Larva Udang Vaname
Melakukan Manajemen Kualitas Air Pembesaran Udang Vaname
Melakukan Pengelolaan Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname
Melakukan Manajemen Kesehatan Pembesaran Udang Vaname
Melakukan Panen Dan Pasca Panen Pembesaran Udang Vaname

4.4 Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersumber pada data primer dan data sekunder yang akan didapatkan selama kegiatan praktik dilapangan. 
         Perhitungan dan rumus yang akan digunakan dalam kegiatan pembenihan udang vaname mengikuti standar yang digunakan di PT. Sarjo Tambak Vaname Mamuju Utara Sulawesi Barat. Adapun rumus-rumus yang umumnya dipakai dalam usaha pembesaran udang vaname dan juga akan digunakan selama kegiatan Prakerin adalah sebagai berikut:
Berat rata-rata (Average Body Weight - ABW) 
  Berat total udang yang tertangkap (g)
               ABW (g/ekor) =
                                             Jumlah total udang yang tertangkap (ekor)
Berat rata-rata harian (Average Daily Gain-ADG)  
                                                           ABW II (g/ekor) – ABW I (g/ekor)
              ADG (g/hari) =  
                                             Selisih waktu dari sampling sebelumnya (hari)
Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate-SR) 
      Jumlah udang yang hidup (ekor)
    SR% = x 100%
     Jumlah udang yang ditebar (ekor)
Populasi (ekor) 
      Populasi (ekor) = SR X Jumlah yang ditebar
Biomassa (kg) 
   Biomassa (kg) = Populasi (ekor) x ABW (gram/ekor) x 1.000
Konversi pakan (feed conversion rasio-FCR) 
    Jumlah pakan yang dikonsumsi
FCR =                                                            x 100%
    Berat udang yang dihasilkan



4.5 Parameter yang Diamati 
Adapun parameter yang akan diamati nantinya sebagai berikut :
Melakukan Persiapan Wadah Dan Media Pembesaran Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja 
Menghitung kebutuhan daya listrik dengan tepat
Menentukan sarana suplay energy baik dari gardu PLN maupun dari genset cadangan
Menentukan sarana laboratorium/ peralatan control kualitas air
Mendeskripsikan  tujuan pemasangan sarana aerasi sesuai dengan tata letak desain sarana dan prasarana
Menginventarisasi Sarana aerasi sesuai kebutuhan produksi
Menyiapkan sarara aerasi sesuai proedur yang telah ditetapkan
Menyiapkan dan memasang sarana aerasi sesuai tata letak berdasarkan  alur proses produksi dan karakteristik alat
Menginventarisasi Sarana instalasi air sesuai kebutuhan produksi
Menyiapkan sarara instalasi air sesuai proedur yang telah ditetapkan
Menyiapkan dan memasang sarana instalasi air sesuai tata letak berdasarkan  alur proses produksi dan karakteristik alat
Menentukan jenis dan kapasitas gudang sesuai barang yang akan disimpan
Menentukan jenis dan jumlah sarana transportasi sesuai kebutuhan
Menjelaskan jenis kebutuhan sarana akomodasi karyawan
Menetapakan sarana komunikasi yang diperlukan serta penempatannya sesui kebutuhan
Menentukan jenis dan jumlah sarana administrasi perkantoran
Mengidentifikasi kondisi komponen wadah
Menghitung perbaikan kebutuhan alat dan bahan
Menjelaskan komponen dan jenis konstruksi wadah sesuai tipe kolam/tambak
Mengidentifikasi kondisi komponen wadah
Menghitung perbaikan kebutuhan alat dan bahan
Melakukan perbaikan konstruksi komponen wadah pemeliharaan
Mengidentifikasi alat dan bahan pengolahan tanah dasar
Melakukan pengeringan tanah dasar sesuai SOP
Mengukur pH tanah serta potensial redoks sesuai metode standar
Menghitung kebutuhan jumlah kapur dan pupuk
Melakukan pengapuran dan pemupukan sesuai prosedur
Mengidentifikasi kebutuhan alat dan bahan pengolahan tambak plastik/beton
Menghitung jumlah kebutuhan desinfektan berdasarkan dosis dan luasan tambak
Melakukan pengeringan wadah sesuai prosedur
Melakukan pembersihan wadah sesuai prosedur
Melakukan desinfeksi sesuai prosedur
Menjelaskan persyaratan kualitas air media budidaya
Menghitung jumlah kebutuhan air berdasarkan luasan tambak dan tinggi air yang diperlukan
Melakukan pemasukan air ke dalam petakan tambak
Melakukan Sterilisasi, aerasi, dan perbaikan kualitas air media sesuai prosedur
Mengukur parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, alkalinitas, kecerahan, DO, dll) menggunakan alat dan metode standar
Melakukan tindakan penyempurnaan parameter kualitas air yang diperlukan

Melakukan Seleksi Dan Penebaran Larva Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja 
Menentukan sumber benih yang bersertifikat 
Menghitung jumlah kebutuhan benih berdasarkan ketentuan padat tebar
Menentukan pelaksanaan (waktu) penebaran benih
Menjelaskan kriteria benih yang baik
Menyiapkan alat dan bahan sesuai metode seleksi benih udang
Melakukan pengambilan sampel sesuai prosedur
Menguji benih udang sesuai dengan metode yang ditentukan
Melaporkan hasil uji benih
Mengidentifikasi alat dan bahan untuk aklimatisasi dan penebaran benih
Menjelaskan teknik aklimatisasi dan penebaran benih sesuai SOP 
Menentukan waktu penebaran benih
Melakukan aklimatisasi dan penebaran benih sesuai SOP
Mencatat data pemeriksaan benih dalam kemasan pada formulir isian
Mendokumentasi-kan data operasional penebaran benih
Melaporkan hasil pemeriksaan dan pelaksanaan penebaran benih




Melakukan Manajemen Kualitas Air Pembesaran Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
Menyiapkan air media di tambak pemeliharaan udang
Menyiapkan tandon sebagai wadah penampungan air budidaya
Merencanakan kebutuhan air
Menghitung kapasitas tendon
Menghitung kebutuhan air budidaya udang
Mengoperasikan pompa
Memasukkan air ke dalam tandon sesuai dengan kapasitas tandon dan jumlah kebutuhan air budidaya udang
Melakukan perlakukan air media budidaya udang secara fisika, kimia, dan biologi di tendon
Mendistribusikan air dari tandon ke petakan budidaya udang
Memasang dan mengoperasikan sistem aerasi tambak seperti kincir
Menyiapkan peralatan, wadah, dan bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter kualitas air
Mengambil sampel air di tambak
Mengukur parameter fisika air sesuai prosedur
Mengukur parameter kimia air sesuai prosedur
Mengukur parameter biologi air sesuai prosedur
Melakukan monitoring kualitas dan kuantitas air
Mengidentifikasi gejala penurunan kualitas air
Melakukan pengelolaan kualitas air
Menentukan jenis probiotik
Melakukan pemberian probiotik
Melakukan pengelolaan kuantitas air (penambahan, pengurangan, atau pergantian air)
Melakukan pengolahan air limbah.




Melakukan Pengelolaan Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja 
Menumbuhkan pakan alami
Memantau populasi dan kualitas pakan alami secara visual
Memantau populasi pakan alami secara laboratories
Meramu pakan udang
Menyusun metode dan program pemberian pakan (feeding program)
Menentukan kualitas pakan udang yang baik
Memilih pakan udang
Menentukan waktu dan frekuensi pemberian pakan udang
Menentukan berat rata-rata, populasi, dan biomassa udang
Menghitung kebutuhan pakan udang berdasarkan biomassa dan prosentase dosis pakan, dan/atau metode lain
Menimbang pakan dengan benar sesuai kebutuhan
Memberikan pakan udang sesuai dengan prosedur
Mencatat jumlah pakan setiap pemberian pakan
Menentukan/ menetapkan metode monitoring pemberian pakan dan parameter efektivitas pemberian pakan
Melakukan monitoring pemberian pakan dan pengecekan efektivitas pemberian pakan
Mencatat hasil monitoring pemberian pakan
Melakukan sampling pertumbuhan udang
Menghitung berat rata-rata (ABW), size dan laju pertumbuhan harian rata-rata (ADG) udang berdasarkan hasil sampling
Menentukan performansi laju pertumbuhan udang berdasarkan laju pertumbuhan standar
Menganalisis data pemberian pakan dan hasil monitoring pertumbuhan udang
Menentukan populasi udang yang ada dalam tambak
Menghitung biomassa udang
Menghitung sintasan udang
Mengestimasi hasil produksi udang
Menghitung total pakan yang diberikan pada udang selama pemeliharaan
Menghitung efisiensi dan efektifitas tingkat pemberian pakan atau FCR
Membuat rekomendasi pemberian pakan untuk periode berikutnya berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi pemberian pakan.

Melakukan Manajemen Kesehatan Pembesaran Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja 
Mengidentifikasi alat dan bahan untuk biosekuriti
Memilih metode dan prosedur standar biosekuriti
Menentukan penempatan biosekuriti
Menerapkan tata cara pengelolaan alat dan bahan biosekuriti
Memonitor indikator efektivitas pelaksanaan biosekuriti media
Menetapkan prosedur biosekuriti personil
Menetapkan jadwal dan jumlah personil tenaga kerja
Melakukan instrument biosekuriti personil sesuai dengan tujuan
Memonitor indikator efektivitas pelaksanaan biosekuriti personil
Menetapkan tujuan penggunaan probiotik di pengelolaan kesehatan udang
Mengidentifikasi beberapa jenis probiotik untuk pengelolaan kesehatan udang
Menetapkan jenis probiotik untuk pengelolaan kesehatan udang
Mengidentifikasi kondisi target pemberian probiotik pada pengelolaan kesehatan udang
Memberikan probiotik pada waktu dan dosis yang tepat pada pengelolaan kesehatan udang
Melakukan teknik pemberian probiotik pada pengelolaan kesehatan udang sesuai dengan prosedur
Memantau perkembnngan kondisi media dan biota selama penggunaan probiotik pada pengelolaan kesehatan udang sesuai prosedur
Menganalisa tingkat keberhasilan pemberian probiotik pada pengelolaan kesehatan udang berdasarkan parameter yang telah dicatat.
Mengidentifikasi hama sesuai dengan jenis dan karakteristiknya
Mengidentifikasi penyakit berdasarkan gejala klinis
Memilih teknik pencegahan hama penyakit sesuai dengan kaidah budidaya
Melakukan teknik pencegahan penyakit sesuai dengan tahapan/ prosedur yang benar
Memilih bahan aktif atau desinfektan yang digunakan untuk mencegah sesuai dengan jenis hama dan penyakit
Memberikan bahan aktif /desinfektan sesuai dengan dosis yang dianjurkan
Merencanakan kegiatan pengelolalaan kesehatan udang sesuai dengan jadwal operasional budidaya
Melakukan pemantauan kualitas dan kuantitas air sesuai prosedur (CBIB)
Melakukan pemantauan kondisi kesehatan udang sesuai dengan prosedur
Memilih bahan obat ikan, kimia dan bahan biologi (OIKB) yang aman, berkhasiat, dan bermutu serta teregistrasi di kementerian kelautan dan perikanan
Memberikan bahan OIKB sesuai standar pemakaian
Menentukan metode monitoring sesuai kondisi kesehatan udang
Menentukan parameter monitoring kesehatan udang
Melakukan monitoring kesehatan udang sesuai prosedur standar
Mendokumentasikan hasil monitoring
Menganalisa data hasil monitoring
Menentukan tingkat serangan penyakit
Mencatat parameter setiap tindakan pengelolaan kesehatan udang menggunakan format yang telah ditetapkan
Menganalisa tingkat keberhasilan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan pada parameter yang telah dicatat.
Membuat laporan hasil pengelolaan kesehatan udang
Mendokumentasikan laporan hasil pengelolaan kesehatan udang.



Melakukan Panen Dan Pasca Panen Pembesaran Udang Vaname
Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja 
Menjelaskan peralatan dan bahan untuk pemanenan udang
Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam panen udang
Menentukan waktu panen
Melaksanakan panen (menguras air tambak, memasang alat panen) dan mengangkat udang
Menyiapkan peralatan dan bahan penanganan hasil panen
Membersihkan udang sesuai standar
Menentukan udang sesuai size
Mengidentifikasi informasi pasar (sasaran, target penjualan, perkiraan harga jual)
Mengidentifikasi komponen biaya pemasaran
Menentukan biaya operasional pemasaran


DAFTAR PUSTAKA

Amri, K., dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 

BSN. 2006. SNI 01-7246-2006, Produksi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Tambak dengan Teknologi Intensif. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
 
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: PT. Binarupa Aksara 

Boyd, C. E. 1989. Water Quality Management and Aeration Shrimp Farming. US Wheat Associates. 

Boyd, C. E, dan Turker, C. S. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management . New York: Springer Science + Business Media. 

Briggs, M., Funge-Smith, S., Subasinghe, R., Philips, M. 2004. Introductions and movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pasific. 

Ditjen Perikanan Tangkap. 2010. Pemilihan Lokasi dan Desain Konstruksi Tambak. 

Materi Penyuluhan Ditjen Perikanan Tangkap. [Online] Available at: http://www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/file/121/lokasi-desain-tambak.pdf/. [Accessed 9 February 2014]. 

Ditjen Perikanan Tangkap. 2011. Budidaya Udang Vannamei (Littopenaeus vannamei). Materi Penyuluhan Ditjen Perikanan Tangkap. [Online] Available at: 

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan. 

Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 

Putra, N. 2011. Manajemen Kualitas Air dalam Kegiatan Perikanan Budidaya. Proseding Apresiasi Pengembangan Kapasitas Laboratorium. Ambon. 

Ray, Lala I.P dkk. 2013. Temporal Variation of Water Quality Parameters ini Intensively IMC Cultured Lined Pond. UACVM IASI, Faculty of Animal Sciences. Vol. 52(14).

Post a Comment for "Proposal PRAKERIN Pembesaran Udang Vaname Politani Pangkep"