Peluk

 


Ah yang benar saja, apakah dia benar-benar melakukan hal seaneh itu? Kalimat itu sontak saja terucap dari mulut Raka ketika mendengar pengakuan dari teman kerjanya Bimo.

"Iya benar bro dia tuh setiap hari kelakuannya agak aneh gitu". Percakapan keduanya buyar ketika ditegur oleh atasan mereka Pak Ricky. 

"Hey apaan kalian disini bukannya kerja bantuin yang lain mencuci tandon kalian malah asyik ngegosip disini". Katanya menghentikan obrolan mereka  dan bergegas meninggalkan.

Pak Ricky adalah kepala bagian di seksi pengelolaan induk di hatchery milik Pak Sayuti, sudah setahun dia bekerja disini menggantikan pak Arman yang mengundurkan diri karena sakit. Awalnya dia tampak ramah namun dibalik keramahannya tersebut tersimpan amarah yang jikalau meledak mungkin melebihi ledakan gunung berapi makanya 2 karyawan itu memilih untuk diam tidak membalas setiap kalimat yang terlontar oleh mulut pak Ricky. Dia merupakan atasan yang sulit ditebak, meskipun raut mukanya ramah tetapi tidak disangkal bahwa dia juga seorang yang pemarah, disinggung sedikit saja pun dengan hal sepele dia langsung memasang muka kecut dan menimpali dengan pedas.

Pagi itu semua kerjaan berjalan dengan lancar sampai pada petang hari selepas shalat Ashar Raka dengan mengendarai motor setengah bayanya merk Supra Fit lawas melaju melenggang meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja. Dia melihat sesosok bayangan yang mengejutkan hingga membuat motornya terpelanting tak terkendali. Sosok bayangan itu berlari melewati kerumunan kendaraan yang lalu lalang tanpa sedikitpun menghiraukan menuju gang gelap di seberang jalan.

Raka penasaran dengan apa yang dilihatnya barusan sehingga ia memberanikan diri untuk mengikuti bayangan hitam legam misterius tersebut. Berusaha membuntutinya dari belakang. Dia memarkir motor bututnya di mulut gang dan berhasil untuk memergoki bayangan tersebut. Raka kaget bukan kepalang saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa orang itu adalah Pak Ricky, atasannya di perusahaan. Mereka bertatapan canggung saat itu, sambil terpelongo dan tidak percaya dengan penemuannya itu. Apa yang sebenarnya terjadi Raka tidak tahu lagi karena seketika dia hanya melihat warna hitam kemudian menghampirinya dan membuat dia tidak sadarkan diri. Rupanya apa yang dialaminya ternyata hanya mimpi.

Mungkin saja dia terbawa suasana dan pembicaraan yang tak sempat usai saat di tempat kerjanya dia membawa sampai ke alam bawah sadarnya dan menciptakan mimpi buruk bagi dirinya sendiri. Mengerikan mimpi itu sampai-sampai Raka benar-benar tidak bisa membedakan mana yang nyata mana yang maya. Keringat dingin mengucur deras menetes di dada kurusnya, turun menjilati lengan dan kakinya. Istri tercintanya Nayla juga kaget dibuatnya dan terbangun menanyakan apa yang barusan terjadi pada suaminya itu. "Kamu kenapa syg?" 

"Aku barusan bermimpi sangat aneh, aku melihat bayangan buram hitam memotong jalan berlari ke gang gelap di seberang jalan dan aku memghampirinya" Dengan bahasa yang masih terbata dan bibir yang sedikit gemetar Raka menceritakan mimpinya pda Nayla. Istri yang belum setahun ia pinang itu kemudian menjawab "tenang syg, ada aku disini, dan ada Allah yang selalu menjaga kita, semua baik-baik saja" Kemudian ia berjalan ke dapur mengambil air minum untuk Raka.

Benar dia kaget akan mimpi itu, Raka tidak bisa tertidur dengan terus berpikir keras akan mimpi itu, dia terjaga sampai pagi dan pukul 6 pagi dia sudah siap beranjak kerja lagi. Dengan secangkir kopi dan roti buatan Nayla mengawali pagi yang tentu bukan pagi yang baik bagi sepasang suami istri ini. 

Nayla berkenalan dengan Raka setahun lalu saat mereka sama-sama bekerja di salah satu restoran yang cukup terkenal di sudut kota. Keduanya tak berpikir lana untuk segera melaju ke jenjang yang lebih serius, mereka hanya berpasangan selama 1 minggu dan menikah tepat pada hari ulang tahun Nayla 20 Mei. Berkat kerja keras keduanya mereka menikah dan membangun sebuah istana sederhana dan tinggal bersama.

Sebuah kecupan mendarat dari mulut Raka di kening Nayla pertanda Raka akan segera berangkat untuk mencari nafkah sedangkan kalimat hati-hati di jalan terselip doa agar prianya selamat hingga pulang kerumah untuk memeluknya.

"Hati-hati di jalan ya sayang" Ucap Nayla.

"Iya, kamu juga jaga kesehatanmu"

 saat ini Nayla mengandung calon bayinya, baru satu bulan.

"tunggu aku pulang dan akan kupeluk kau, jangan lupa sediakan itu untuk ku ya nanti" Harap Raka.

"Okedeh sayang" Balas Nayla

Mereka adalah pasangan yang bahagia dan sedang mesra-mesranya menanti kehadiran buah cinta mereka. Setiap Raka pulang kerja ia selalu mebawakan istrinya martabak manis kesukaan, setiap sore sepulang kerja Nayla pun dengan sigap menyambut suami tercinta dengan kasih sayang seorang istri kepada suaminya. Namun....setelah kejadian aneh itu seakan semua sirna. Hal-hal romantis itu telah hilang. Martabak itu tidak lagi manis dihadapan Nayla, entah apa penyebabnya.

Di perusahaan tempat Raka bekerja, rekan kerjanya Bimo terus saja menceritakan hal-hal aneh dan tidak masuk akal.

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Kata Bimo dengan mantap

"Dia melirik kesana kemari ke segala arah, dia seperti ketakutan, raut mukanya pucat pasih" Ungkap Bimo lagi

"Apakah ada orang yang mengejarnya?"tanya Raka penasaran.

" Aku tidak tau, tapi aku tidak melihat seorangpun disana selain pak Ricky"

Setelah itu dia menghilang. Tidak nampak jelas apa yang membuat Pak Ricky menghilang. Hampir sama persis dengan mimpi Raka malam itu, hanya saja hilangnya pak Ricky menjadi misteri, misteri bagi semua orang di perusahaan itu.



Pintu rumah malam itu berbunyi. Siapa yang bertamu saat-saat seperti ini

Tok tok tok.. Berbunyi tiga kali. Di dalam kamar Raka mendengar suara tersebut kemudian membangunkan istrinya yang tertidur pulas. Bunyi ketukan pintu kembali berbunyi. Kali ini agak cepat, kemudian makin cepat, kemudian makin keras, kemudian makin cepat dan keras membuat keduanya ketakutan, mereka berpegangan satu sama lain. Raka mencoba menenangkan istrinya. 

"Siapa yang datang bertamu malam-malam begini? Mengganggu orang tidur saja". Kata Raka sedikit berteriak. 

Di luar dari balik pintu tidak ada jawaban. Raka mencabut parang yang berada di laci, dia berjaga-jaga untuk bahaya yang mungkin datang, dia tidak ingin  istri tercintanya dalam bahaya. Karena ketakutan Nayla menambah erat pegangannya pada Raka. Kali ini dia setengah memeluk, memegang pinggang Raka.

"Tetap berada di sampingku" 

"Iya"

"Apakah kamu takut?"

"Iya"

"Jangan takut, ada aku disampingmu, aku merasa tidak berguna jika tidak melindungimu, semua yang kukorbankan selama ini sia-sia jika aku gagal menjagamu dari bahaya" Kata Raka.

Belum sempat Nayla menjawab pintu itu terbang seakan ada kekuatan yang maha dahsyat yang menerbangkan pintu. Langsung saja seturut dengan angin kencang dan hawa mistis yang menyelimuti rumah mereka sedari saat mereka terbangun. Sebilah badik terhunus ke perut Raka dan Nayla dalam keadaan mereka saling berpelukan, pria penghunus badik itu ternyata Bimo.







Post a Comment for "Peluk"