Sajak-Sajak Bucin

Sebuah kebetulan atau pertemuan yang direncanakan?
Tak ada yang dapat menyangka lagi menyadari pertemuan kita berdua akan terjadi, aku seorang yang 3 tahun lebih tua darimu berada dalam satu atap kampus. Parasmu memang sering mondar-mandir di linimasa facebook ku saat itu, saat masih berumur remaja, saat aku masih mencari jati diri, saat hati masih konsisten untuk sendiri.
Kala itu aku bisa melihat maya dirimu setiap hari namun tak berani untuk sekedar menyapamu, dulu kita sudah difasilitasi, namun ku menyia-nyiakan itu karena kau punya seorang kekasih.
Beberapa tahun berlalu sejak saat itu ku tak lagi pernah melihat mu bahkan di layar sosmed sekalipun. Sampai akhirnya kau tidak lagi bersamanya, bersama orang yang dulu selalu menemanimu bersua foto. Aku pikir bahwa moment saat inilah aku bisa menyapamu bahkan menjadi temanmu sebab tidak ada lagi orang yang kaujaga perasaanya.
Sampai kemudian aku memberanikan diri untuk sekedar menjemputmu pergi kuliah, sejak saat itu belum ada perasaan yang tumbuh, tidak sedikitpun niat untuk melakukan pdkt denganmu sebab aku dulu tahu bahwa mencintai seseorang memang nikmat tapi di satu sisi kita harus lapang dada menerima penolakan. Ya sebab mencintaimu adalah patah hati paling disengaja menurutku.
Tapi dengan hasrat yakin aku berani untuk kembali melanggar prinsip beserta ideology yang dulu kubangun akibat masa lalu.


Fotomu candu bagiku
Seperti kebanyakan insan yang dilanda asmara, aku mulai meneror mu dengan segala basa-basi khas ku, berbagai gombalan aku tembakkan beserta peluru aksara-aksara indah khas fiersa besari maupun wira nagara. Kaupun membalasnya dengan penuh antusias, aku bahagia sebab balasan chat mu berbeda dengan wanita-wanita yang ku chat belakangan yang mentok pada kata “ooh iye”, “ok”, “ddk2ji”, maupun balasan singkat lainnya. Kau sebaliknya, kau mampu untuk menyisipkan sedikit humor pada setiap ketikan mu pada layar chating kita, dan aku senang melihatnya.
Aku meminta foto selfiemu setiap malam sebelum mata ini terpejam, sebelum kau tertidur, kau dengan setengah melantur menggaungkan aksara-aksara cinta membuat hati dan raga ini ingin mendobrak pintu rumah melewati hadangan badik dan tattoo naga bapakmu.


Kau tak benar-benar mencintaiku? Sebuah tanda tanya
Salah satu kegundahan dari sekian banyak hal yang membuatku susah untuk tidur adalah: terlalu merasa bahwa kau tidak mencintaiku sepenuhnya, ini hanya praduga terhadap apa yang selalu membuat kepala ini hampir pecah. Tak peduli kau mengucap kata sayang berkali-kali, tetap saja jawabanmu itu tak menjadi penyembuh luka yang mulai menggerogoti hati.
Tak lama kemudian…….
Dengan menimbang dan mengikutsertakan nalar serta logika dalam mengolah cinta, akupun akhirnya tersadar dari apa yang aku katakan. Bahwa suatu hubungan akan terasa makin runyam dan dingin nantinya ketika melibatkan dugaan-dugaan dan keragu-raguan.   
Tapi tetap saja…
Bahwa benih yang kita semai lalu kita siram dengan berbagai keintiman kini ditumbuhi duri kecurigaan. Menutup segala indra dari apa yang membuat hati ini jadi gelisah tentu bukan perkara mudah, dan tetap saja bukan solusi atas masalah yang ada.
Dan…
Kembali aku tidak bisa berdamai dengan pikiran ku sendiri
Dengan segala pertimbangan atas realitas yang ada, berpe[rang dengan pikiran dan keadaan barang tentu bukan hal yang dapat diterima oleh sang hawa. Aku yang punya cinta segunung tinggal menunggu waktu untuk longsor dan melukaimu.
Berjalanlah, Ambil Sisa Tawamu Yang Tertinggal Di Masa Lalu. Semua Orang Berhak Bahagia Termasuk Kamu



Orang-Orang Itu Salah Menilai Kita
Seperti kata pepatah bahwa semakin besar pohon, maka semakin kencang angin yang menerpanya, perwujudan dari pepatah itu ada diantara kami berdua dengan angin-angin yang berniat menghancurkan datang dari orang-orang sekitar.
Ya, kau adalah pohon besar sementara aku? Aku hanya sebuah tanah yang jadi wadahmu tumbuh dan bermanfaat bagi sekitar. Jika aku gersang kau akan ikut layu, jika aku subur kau akan ikut tumbuh berbuah , dengan sang pencipta yang selalu memberiku pupuk dengan kandungan cinta.
Tapi tetap saja banyak hama yang ingin mencuri faedahmu, banyak yang ingin memindahkanmu dari tempatmu berpijak dan aku tidak ingin kau mendengarnya lantas mengikuti kata-kata omong kosongnya.
Kebanyakan Homo sapiens pintar menilai padahal mereka bodoh dan buta akan sesuatu. Cuma itu yang bisa kusampaikan padamu untuk sekedar mengalihkan kesedihan melarutkan duka akibat kabar miring yang kau dengar dari mereka.
Aku ingin agar kau pintar mengolah rasa, memilah kata, serta menyaring paragraph-paragraf cibiran, hujatan, dan gunjingan mereka tentangku.
Seperti Kredit Motor Rindu Harus Dibayar Lunas
Pada sebuah kisah kita sama-sama tak ingin berpisah, namun keadaan yang mebuat kita jauh hingga 4 bulan lamanya. Ku tak tega meninggalkan kekasih yang baru aku simpul 60 hari, tapi kita sama-sama telah menginjak dewasa dan kaupun seharusnya tau bahwa rasa cintaku tak mungkin hilang ketika terhalang jarak waktu. ketika aku yang mulai menahan rindu nantinya, kau yang gelisah akupun gelisah terpaut jarak, memisah diri dari jagad romantisme kepunyaan berdua selama 4 bulan lamanya. Kau menanti aku kembali.






Post a Comment for "Sajak-Sajak Bucin"